Diprediksi 5-15% anak-anak mempunyai disabilitas dalam evaluasi. 80% dari mereka mempunyai kesusahan membaca, yakni disleksia. Apa itu dyslexia, pemicunya apa, lalu jalan keluarnya bagaimana? Baca sampai bawah ya rekan-rekan.
Mengenali Disleksia: Pemicu dan Pengobatan
Apakah itu Disleksia?
Menurut Abigail dalam Sidiarto (2007), disleksia adalah kesusahan belajar yang terkait dengan aktivitas baca catat, misalnya: membaca, menulis, melafalkan, atau kesusahan dengan angka (ini sangat jarang). Disleksia dapat di turunkan/diturunkan dalam sebuah keluarga.
Kemungkinan kalian pernah saksikan di film atau video jika seorang yang punyai disleksia jika membaca hurufnya terbang-terbang getho. Tetapi sebetulnya tidak demikian lho! Tiap orang yang mempunyai disleksia akan menyaksikan kalimat secara berlainan, sama sesuai tipe disleksia mereka. Ada yang hurufnya terbalik-balik, semakin bertambah, atau hurufnya jadi kelihatan berlainan.
Sebagai contoh, kalian coba baca text dari TedX ini.
“The bottob line it thit doet exitt, no bitter whit nibe teotle give it (i.e. ttecific leirning ditibility, etc). In fict iccording to tilly thiywitz (2003), itt trevilence it ictuilly one in five childern, which it twenty tercent.”
Bagaimana rekan-rekan, sulit tidak membaca text yang di atas? Perlu sedikit waktu untuk membaca ucapannya kan? Nach, ini lho permasalahan yang perlu ditemui oleh rekan-rekan kita yang punyai disleksia. Lumrah saja jika kecepatan membaca mereka sedikit lamban. Tetapi kalian tahu tidak pemicu disleksia?
Pemicu Disleksia
Semua diawali dari otak. Oleh karena itu, kita awali dengan mengulas otak dan perannya ya . Maka otak itu intinya punyai tiga sisi: otak besar, otak kecil, dan otak besar. Berikut peranan khusus mereka (Gazzaniga, Heatherton, dan Halpern, 2016):
– Otak Besar (Cerebrum): Atur kekuatan bergerak, berbahasa, berpikiran, dan simpan daya ingat.
– Otak Kecil (Cerebellum): Supaya kamu tidak jatuh (otot, bentuk badan, kesetimbangan, dan lain-lain).
– Tangkai Otak (Brainstem): Mengontrol peranan khusus badan (pergerakan mata dan mulut, melanjutkan hati sensori, bernafas, kesadaran, dan lain beberapaya)
Kemudian, di otak besar itu ada dua sisi besar: kiri dan kanan. Setiap sisi ini ada banyak sisi kembali yang punyai beragam peranan dan manfaat. Dengan singkat peranan mereka seperti berikut (Gazzaniga, Heatherton, dan Halpern, 2016):
– Frontal Lobe: Pertimbangan, rencana dan pergerakan
– Temporal Lobe: Pendengaran dan daya ingat
– Parietal Lobe: Sentuhan dan Spasial/tata ruangan,
– Occipital Lobe: Pengelihatan
Ada banyak teori yang berputar berkenaan pemicu dari disleksia. Salah satunya teori yang paling dipercaya ialah teori Phonological Processing Impairment Theory. Tujuannya bagaimana?
Berdasarkan teori itu, proses membaca itu dipisah jadi dua sisi: decoding dan comprehension (Shaywitz, 1998). Dalam pengertian jika kita perlu pahami “suara” dari kata itu dan pahami maknanya. Nach, rekan-rekan kita yang punyai dislexia itu kesulitan dalam sisi ini. Mereka kesulitan dalam pahami makna dari kata itu, dan kesulitan dalam “mengumandangkan” kata itu.
Torgesen dkk., dalam Shaywitz (1998) mendapati bukti jika Phonologic Deficiency bisa mempengaruhi kekuatan seorang saat membaca . Maka mereka tidak mengetahui jika saat membaca, kita dapat merusak sebuah kata jadi beberapa suku kata.
Ketidaksamaan kegiatan otak seorang pembaca yang mempunyai disleksia dengan pembaca yang efektif.Penemuan yang memakai fMRI (test yang menyaksikan kegiatan otak) ungkap hal baru. Mereka mendapati jika seorang yang menanggung derita disleksia itu lebih memercayakan Temporal Lobe dan tidak memakai sisi otaknya lainnya secara efisien (Whitaker, 2010). Keterikatan ini membuat mereka kurang efektif saat membaca, hingga mereka jadi lebih lamban saat membaca, atau pahami bacaan.
Apa Dyslexia dapat sembuh?
Kata “sembuh” kemungkinan kurang pas ya untuk kerangka ini. Karena kita ingin membuat mereka lebih efektif saat membaca text, agar bisa lebih cepat dan pas . Maka mereka tidak sembuh dari disleksia, tetapi ditolong supaya lebih efisien saat belajar dan membaca dengan efisien.
Interferensi efisien untuk disleksia membutuhkan therapy dan training dalam fonologi, beberapa suara kata, phonological awareness, dan menyambungkan kalimat atau huruf dengan suara yang sama sesuai lewat menulis dan membaca (Snowling dkk., 2012).
Tetapi, untuk rekan-rekan pasien disleksia dengan pengetahuan yang di bawah rerata dibutuhkan interferensi yang khusus. Ini dilaksanakan supaya training sesuai keperluan mereka. Mereka bisa juga memperoleh keuntungan dari training kekuatan oral dan verbal (Clarke dkk., 2010)
Ingat lah jika disleksia bukan akhirnya segala hal. Beberapa orang populer seperti Leonardo da Vinci, Tom Cruise, Albert Einstein, Pablo Picasso dan ada banyak yang lain yang mempunyai disleksia, tapi hidup mereka malah di atas rerata . Maka masih tetap ada keinginan kok, masih tetap ada beberapa program interferensi yang dapat menolong!
kunjungi juga konsultan hipnoterapi